Jumat, 31 Juli 2009

Selasa, 12 Mei 2009

Terumbu Karang

Terumbu Karang Nusa Penida
Pusat keanekaragaman hayati laut dunia, terutama terumbu karang terletak di kawasan segitiga karang. Kawasan ini meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya wilayah tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2.
Indonesia sendiri memiliki luas total terumbu karang sekitar 51.000 Km2 yang menyumbang 18% luas total terumbu karang dunia dan 65% luas total di coral triangle. Saat ini, kepulauan Raja Ampat di Papua Barat merupakan kepulauan dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dipimpin oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat.
Manfaat
Jumlah jenis terumbu karang di Raja Ampat tersebut merupakan 75% dari seluruh jenis terumbu karang dunia yang pernah ditemukan. Walaupun kepulauan Carribean di Amerika tengah dan Great Barrier Reef Marine Park di Australia sangat terkenal, kedua kawasan tersebut hanya memiliki sekitar 400 jenis karang.
Beberapa kepulauan di Indonesia yang juga memiliki jenis karang cukup tinggi adalah Nusa Penida (Bali) , Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Derawan (Kaltim), Kepulauan Wakatobi (Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua). Kepulauan tersebut juga merupakan tujuan utama wisata bahari, khususnya wisata selam dunia.
Manfaat terumbu karang bagi manusia selain aset wisata bahari adalah sebagai benteng alami pantai dari gempuran ombak dan sumber makanan dan obat-obatan, Sekitar 120 juta orang hidupnya sangat bergantung pada terumbu karang di coral triangle.
Melihat fungsi penting terumbu karang bagi kehidupan manusia, maka pada pertemuan APEC di Sydney tahun 2007, Presiden Republik Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan perlindungan terhadap terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia bersama 6 negara coral triangle lainnya (CT6). Inisiative CT6 untuk melindungi terumbu karang di coral triangle disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiative ini mendapat banyak dukungan dari negara maju seperti Amerika dan Australia.

Sumber :http://netsains.com/2008/10/indonesia-pusat-terumbu-karang-dunia/
Jika anda ingin mengetahui satu di antara tempat terunik, hijau dan indah di dasar perairan atau jika anda ingin tempat makan mamalia laut langka seperti duyung dan manate, silahkan bersnorkel ria di sekitar padang lamun (seagrass). Duyung atau dikenal dengan nama dugong (Dugong dugong, muller 1776) dan manate (Trichechus manatus) adalah mamalia laut yang hanya mengkonsumsi daun lamun sebagai makanan utama mereka. Namun tidak semua lamun merupakan makanan favorite duyung dan manate. Hanya beberapa jenis lamun yang ukurannya pendek dan kecil seperti Halodule sp. Halophile sp. dan Syringodium sp. yang merupakan makanan favorite duyung. De Iongh et al. (1995) melaporkan jenis lamun Halodule uninervis merupakan makanan utama bagi dugong di perairan timur Ambon . Penelitian lain di perairan Sulawesi Selatan lebih memfokuskan bahwa duyung tidak hanya memakan daun lamun tapi juga rizom dan akar lamun yang merupakan sumber nutrisi utama bagi duyung (Erftemeijer et al., 1993). Dewasa ini teramat sangat sulit melihat duyung sedang makan di tempat alaminya di sekitar padang lamun. Ini karena populasi duyung terutama di sudah sangat kecil sekali, kita hanya sesekali pernah mendengar nelayan melihat duyung berenang di sekitar perairan Sulawesi , Irian dan Maluku.

Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun untuk mencari makan. Lantas mengapa padang lamun bisa menjadi tempat yang cocok bagi umumnya hewan kecil ?. Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi ivertebrata dan ikan kecil. Daun-daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang. Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata. Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tadi. Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Sangat khas memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting. Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar perairan pantai .

Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai . Anda akan sangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 - 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan.

Untuk tipe perairan tropis seperti , padang lamun lebih dominant tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut. Anda bisa saja menjumpai lamun yang terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang. Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus acoroides, Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thallasia hemprichii and Thalassodendron ciliatum. Dan saya percaya kawasan perairan yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari perkiraan beberapa lembaga penelitian. Sampai kini konsentrasi penelitian terhadap jenis-jenis lamun dan ekosistem lamun belum sepenuhnya terlaksana. Kurangnya minat beberapa peneliti untuk lebih fokus kearah padang lamun dan minimnya dana penelitian yang di alokasikan ke sektor ini serta minimnya publikasi mengenai padang lamun merupakan penghambat utama bagi pengetahuan dan pemahaman tentang padang lamun kepada masyarakat sementara masyarakat sebagian besar belum sepenuhnya tahu dan mengerti tentang habitat yang satu ini. Padahal kalau mau jujur masysrakat pantai khususnya banyak sekali tergantung pada habitat ini, yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap kebutuhan sehari-hari mereka. Kita mungkin tidak menyadari kalau menurunnya produksi beberapa jenis ikan-ikan dan udang-udang pantai ekonomis lebih banyak karenakan semakin menipisnya padang lamun yang merupakan habitat alami dari ikan-ikan pantai seperti ikan berinang (Siganus spp.) atau beberapa udang putih (Penaeus spp.) lainnya.

http://marufkasim.blog.com/373673/

Rumput Laut

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Eucheuma.

Species Eucheuma nampak di area pantai Asia Tenggara dan pantai Afrika Timur. E. muricatum dikenal dalam perdagangan sebagai “Rumput laut Singapura“, E. serra dan E. cottonii dijual dan dikenal sebagai “Rumput laut Zanzibar “.

“Eucheuman” diekstrak dari kedua kelompok rumput laut tersebut. Hasilnya dikenal sebagai agaroid. Bahan mentahnya sering digunakan sebagai bahan tambahan dari bahan mentah agar atau untuk produksi karagenan.

Eucheuma

Pada suatu konteks penggunaan “eucheuman” terdapat kesalahan antara agar dan karagenan.Dalam penerapannya terutama kandungan media air dan “jelly” pada dunia obat-obatan, industri kosmetika dan teknologi pangan. Akhir-akhir ini sejumlah Eucheuma telah banyak diteliti agar supaya ditemukan bahan mentah baru karena peningkatan pasar akan karagenan. Cheyney dan Dawes melaporkan tentang studi ekologis dari Eucheuma disepanjang pantai Florida terutama Eucheuma nudum.

Lima buah bentuk karaganenan yang telah diketahui adalah kappa-, lambda-, my-, ypsilon- dan jota-karagenan. Bentuk-bentuk ini berbeda dalam tingkat kandungan sulfatnya dan rasio galaktosa terhadap 3,6-anhydrolactose, namun begitu juga berbeda pada pemantaannya secara fisik. Bentuk dari perairan Pasifik adalah E. cottonii, E. procrusteanum, E. serra, E. spinosum, E. striatum yang mengandung kappa-karagenan murni. Sedangkan E. odontophorum mengandung campuran dari kappa- dan jota-karagenan. Jenis E. uncinatum mengandung persilangan bentuk dari jota dan ypsilon-karagenan. E. gelidium, E. isiforme, E. nudum dari perairan Karabia mengandung sebuah bentuk “deviant” dari jota-karagenan.

Dawes et al., telah melaporkan tentang studi fisiologis dan bio-kimiawi pada jota-karagenan yang diproduksi Eucheuma uncinatum dari Teluk California. Ciri “khas” jota-karagenan dari rumput laut ini berbeda dari “deviant” jota-karagenan yang ditemukan dalam E. isiforme, E. nudum, E. gelidium dan E. acanthocladum yang berasal dari Florida dimana kandungan tingkat sulfatnya lebih rendah. Hasil kandungan karagenan dari species Eucheuma yang berasal dari Tanzania telah dideterminasi oleh Mshigeni dan Semesi.

E. spinosum mengandung kurang lebih 72,8 % dengan puncak absorpsi (pa) pada jota-karagenan. E. striatum kurang lebih 69 % dengan pa pada kappa-karagenan. E. platycladum kurang lebih 65 % dengan pa pada jota-karagenan. E. okamurai kurang lebih 58 % dengan pa pada kappa-karagenan dan E. speciosum f. mauritianum 54 % dengan pa pada jota-karagenan.

Beberapa species Eucheuma telah dibudidaya karena permintaan akan karagenan yang meningkat. Dalam tahun 1968 pada the 13th Session of the Indo-Pacific Fisheries Council permasalahan budidaya E. muricatum (=E. spinosum) dan E. edule telah dibahas. Percobaan pertama telah memberikan hasil yang nyata. Doty dan Alvares melaporkan tentang produktifitas budidaya Eucheuma. Hasil anhydrous bersih dari E. edule mengandung kurang lebih 50 % kappa-karagenan. Di Filipina terdapat kurang lebih 700 buah area budidaya rumput laut ini pada tahun 1973. Mereka mengekspor lebih dari 100 ton berat kering Eucheuma per bulan. Ricohermoso dan Deveau melaporkan bahwa sekarang terdapat lebih dari 1000 area budidaya Eucheuma di daerah ini dan produksinya lebih dari 300 ton perbulan untuk pasar dunia. Sedangkan Doty dan Santos mengatakan tentang studi komparatif secara morfologi dan informasi kimiawi gel pada 14 species Eucheuma.


Sumber :http://www.rumputlaut.org/ & http://www.wikipedia.org/

Kamis, 30 April 2009

Hutan Mangrove (Bakau) Pulau Mendanau Belitung Terselamatkan Dari Kerusakan Lingkungan dan Ekosistem

Hampir tiga kilo meter ketebalan pohon bakau dari pantai menjorok kelaut mengelilingi pulau Mendanau di Belitung, Ini sangat menguntungkan bagi masyarakat Belitung, selain tanaman bakau untuk penahan abrasi dan angin laut juga merupakan peredam pertama dari badai Tsunami, akar yang kokoh dari pohon bakau memcegah dari intrusi air laut yang mengasinkan kandungan air tanah disekitar pantai di Pulau Mendanau tersebut.

Pohon bakau disekitar pulau mendanau Belitung tempat habitat bermacam-macam fauna baik burung, tupai monyet ular biawak, genangan air dibawah pohon bakau tempat bertelurnya berbagi jenis ikan kemudian di sekumpulan pohon bakau merupakan tempat bermacam-macam bioata laut baik kerang, udang rebon kepiting dan ini sangat menguntungkan buat masyarakat.

Pulau mendanau di Belitung merupakan sisa-sisa dari kelestarian flora dan fauna di gugusan kepulauan Belitung jadi tidak heran masih banyak jenis-jenis burung yang bersarang di pulau ini seperti murai batu, elang laut berebak, pentis, pergam dan masih banyak lagi dari Jenis burung yang merupakan kekayaan keanekaragaman pulau Belitung berada di pulau Mendanau sedangkan dari tumbuhan liar berupa hutan terdapat kayu petaling yang konon kabarnya hanya tumbuh di pulau Mendanau ini.

Beberapa bulan lalu pulau ini terusik akan keberadaan tambang Bouksit, Dengan adanya aktivitas penambangan yang dilakukan atas dasar-dasar yang sangat jelas melanggar Undang-undang RI No. 27 tahun 2007 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 41 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan pulau kecil dan pesisir serta larangan melakukan aktivitas penambangan di area pulau yang luasnya kurang dari 2.000 km2.

Pulau mendanau Belitung di eksplorasi daratan untuk di ambil mineral tambang berupa bouksit, padahal bertahun-tahun pulau ini telah menjadi warisan masyarakatnya yang mengelolah sumber daya alam berupa perkebunan karat dan juga mengambil hasil dari lautnya yang melimpah, Masyarakat yang sudah terbiasa mandiri bersahabat dengan alam mengusahakan budidaya keramba laut dan juga bubu ikan berupa siro, kemudian Ikan tangkap tradisional tentu saja masyarakat sangat kuatir akan adanya kegiatan penambangan ini alam akan menjadi rusak parah dikemudian hari laut tercemar akibat dari keberadaan tambang yang akan membunuh biota laut seperti udang rebon, ikan, kerang laut dan kepiting, Sementara daratan akan bertambah parah akibat pencemaran lingkungan berupa debu dari tambang bouksit .

Masyarakat Pulau mendanau Belitung mengadukan ke DPRD Pulau Belitung untuk segera menghentikan beroperasinya tambang boksit lalu segera hengkang dari pulau Mendanau namun mengalami Jalan buntu tak ada penyelesaian secara cepat maka Deki Siswoyo pemuda asal pulau mendanau bersama sesepuh Adat masyarakat kepulauan Mendanau yang tergabung dalam Forum Masyarakat Mendanau mendatangi KPK Jakarta untuk melaporkan kasus ini untuk segera menyelidiki apakan ada kasus pelanggaran berupa indikasi Korupsi dengan memampaatkan tata ruang di pulau Belitung dari izin yang dikeluarkan oleh pejabat daerah Belitung untuk tambang Bouksit di pulau Mendanau tidak hanya itu Deki, Apriandi serta sesepuh adat Pulau mendanau Ibrahim Iful mewakili masyarakat mendatangi Mabes Polri di Jakarta untuk melaporkan kasus ini dengan nomor laporan pengaduan 2008-09-000024, lalu kasus ini di limpahkan ke Polda Babel untuk diselidiki beberapa orang telah di minta keterangan termasuk mantan pejabat daerah. Dilansir disalah satu media cetak harian rakyat pos kamis 4 desember 2008.

Alhasil kegigihan masyarakat Pulau Mendanau Belitung ini untuk menghengkangkan Perusahan tambang mengalami hasilnya "Perusahanan ini berhenti beroperasi beberapa peralatannya disita oleh Polda Babel guna untuk penyelidikan lebih lanjut, Sedangkan dari sisi hukum diharapakan akan tetap diberlakuan apabilah ada tersangka dalam kasus ini sesuai dengan hukum yang berlaku di Republik Indonesia dan yang lebih penting pulau Mendanau terselamatkan dari kehancuran ekosistem". Ujar Deki Siswoyo pada saat wawancara lewat Via telepon.

Semoga kasus ini menjadi pelajaran buat pejabat Daerah di Bangka Belitung mesti harus berhati-hati dalam mengambil keputusan perizinan akan keberadaan pulau-pulau kecil di gugusan Nusantara yang punya potensi dari segi laut maupun darat, Selanyaknyalah Masyarakat di bekali pengetahuan perundang undangan di Indonesia akan keberadan pulau-pulau kecil yang dilindungi serta bahaya dari pencemaran lingkungan akibat dari limbah buangan tambang agar pulau-pulau kecil digugusan Nusantara ini terselamatkan dari keserakahan manusia yang sewaktu-waktu mengintai hanya untuk keuntungan sesaat tampa memikirkan masa depan dari kelestarian lingkungan.

http://www.ubb.ac.id/featurelengkap.php?judul=Hutan%20Mangrove%20(Bakau)%20Pulau%20Mendanau%20Belitung%20Terselamatkan%20Dari%20Kerusakan%20Lingkungan%20dan%20Ekosistem&&nomorurut_berita=169

Selasa, 28 April 2009

Lumpur Lapindo, Akankah Usai?

Seperti yang kita tahu, PT Lapindo Brantas, Sidoarjo membuat geger masyarakat Indonesia pada Mei 2006. Semua saja yang ada di sekitarnya diluluhlantakan, sawah, rumah, air bah yang tiada henti. Perekonomian hancur nafas kehidupan pun terhenti untuk beberapa tahun. Momok pengungsian yang dingin datang seiring lumpur menggenang.

Kesalahan pengeboran, inilah alasan yang diberitakan sejumlah media massa Indonesia bahkan mancanegara. Istilah Human Error disematkan pada beberapa pejabat dan perusahan terkait. Namun penanganan bencana belum usai sampai sekarang.

Pengeboran gas oleh Lapindo dilakukan di sumur Banjarpanji, Porong mulai Maret 2006 pkl 05.00 WIB pada lokasi sekitar 150-200 m barat daya dari sumur. Semburan lumpur panas ini diduga berasal dari ‘mud volcano’ yang ada di luar sumur pengeboran. Lumpur panas ini diduga merupakan lumpur yang berasal dari laut karena kandungan airnya yang asin sekitar 70% sedangkan lumpur 30%. Sebab-sebab yang dipaparkan dalam seminar “Mengupas Tuntas Tragedi Lapindo Brantas” oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi “GEA” ITB ini, mendapat tanggapan serius dari mahasiswa-mahasiswa yang peduli.

Lumpur yang ada akhirnya dibuang ke kali Porong menuju laut, untuk menghindari bencana yang lebih besaar. Penyebab lain dari penilaian di bidang perminyakan oleh Dr. Ir.Rudi Rubiandini RS bahwa pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas mengalami kesialan. “Pengeboran Sumur Banjarpanji menghadapi 4 masalah teknik sekaligus! Maka bencananya bisa sedahsyat itu”, ucap Rudi dalam seminar tersebut.

Bermacam argumentasi diajukan silih berganti oleh pihak Lapindo Brantas, pemerintah, maupun lembaga-lembaga sosial / non sosial yang terkait atau membela rakyat Porong. Namun tanpa ada tindakan TEPAT, maka permasalahan ini takkan kunjung selesai.

Saya pribadi merasa iba melihat saudara-saudara kita di pengungsian selama hamper tiga tahun. Ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikis maupun intelegensi mereka. Sampai kapankah Indonesia harus pasrah dan menunggu?

Setiabudi, 2 April 2009

Jumat, 06 Maret 2009

saya merupakan bagian dari PHOENIX Cheerleading Squad...
Walaupun kami baru regenerasi 2 bulan yang lalu, namun puji Tuhan, kami bisa lolos ke National Cheerleading Championship 2009.
Kami urutan ke 12 dari 19 team yang ikut seleksi region DKI Jakarta. Seleksi diadakan pada tanggal 6 Maret 2009 di GOR Bulungan. Kami akui, kami belum sesempurna team lain. Masih banyak kekurangan. 2 piramid gagal kami buat. selain itu kami bisa membuatnya dengan rapi dan apik.
Belajar dari pengalaman, kami akan terus berlatih ubtuk bisa lebih baik ke depannya. terutama untuk tampil di NCC tgl 15 Maret 2009 di hall basket A Senayan. Dukungan teman-teman semua sangat berarti untuk PHOENIX.

Keep the spirit, GO FIGHT WIIINN!!!!!!